Selasa, 12 Maret 2013



Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasulullah SAW sebagai seorang pendidik yang telah mengajarkan banyak  ilmu pengetahuan kepada kita, sehingga kita bisa terlepas dari zaman yang penuh dengan gelap gulita dan kebodohan. oleh karena itu, shalawat serta salam selalu kami sampaikan kepada beliau, keluarga, sahabat dan segenap umat beliau.
            Dalam penulisan makalah observasi Sistem Informasi Geografis ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung sumber data SIG yang dikeluarkan oleh BMKG, mengetahui alat-alat yang ada di BMKG, untuk mengetahui jenis-jenis penggunaan data BMKG dan lain sebagainya. Oleh karena itu, apabila masih terdapat banyak kekurangan, kami mohon agar para pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan saran yang bisa mengarahkan kepada kami kepada suatu perbaikan dan penyempurnaan dalam proses pembuatan suatu laporan observasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Badan Meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) stasiun geofisika karang kates malang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

                                                                                             Malang, 12 Desember 2012


                                                                                                         Penulis





Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
            Seiring dengan perkembangannya zaman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), manusia semakin di tuntut untuk mengetahui hal-hal yang lebih kompleks.  Dalam hal ini, manusia juga di tuntut untuk berkembang dan mampu melihat hal-hal yang menjadi fenomena penting dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain adalah mengetahui tentang ilmu bumi dan antariksa mengenai meteorologi, klimatologi dan geofisika yang merupakan  ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Namun, banyak masyarakat Indonesia yang kurang menyadari betapa pentingnya mempelajari ilmu meteorologi, klimatologi dan geofisika, padahal tanpa mereka sadari ilmu tersebut sangat memberikan banyak manfaat yang lebih bagi kehidupan manusia sehari-hari. Dari semua ilmu tersebut kita semua mampu untuk mengetahui dan mendeteksi gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar kita.
            Dari uraian di atas, kita sebagai mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami, mempelajari dan memanfaatkan ilmu bumi dan antariksa untuk mengetahui hal-hal fenomena alam penting dalam kehidupan sehari-hari. Dan salah satu tempat dimana kita bisa mempelajari serta melihat secara langsung adalah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jl. Raya Bendungan,No.40 Karangkates, Sumberpucung, Malang (65165). Kunjungan ke BMKG merupakan salah satu program observasi untuk mengetahui secara langsung data SIG yang dikeluarkan oleh BMKG, mengetahui alat-alat yang ada diBMKG,dan lain sebagainya.
             Kunjungan tersebut dilakukan di BMKG karena adanya kesinambungan dengan mata kuliah Sistem Informasi Geografi (SIG) fakultas tarbiyah semester V. Selain itu, kunjungan ke BMKG juga dilatarbelakangi oleh adanya keingintahuan mahasiswa pendidikan IPS Terpadu sebagai wujud pencarian adanya relevansi yang ada di BMKG dengan mata kuliah tersebut.
B. Tujuan dan Fungsi Kunjungan Lapangan
            Kunjungan ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dilangsungkan pada hari Minggu,02 Desember 2012 memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:
·         Menambah khazanah keilmuan, terutama Ilmu Bumi dan Antariksa.
·         Mengetahui alat-alat yang di gunakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam melakukan berbagai penelitian .
·         Mengetahui dan mempraktikkan teknik cara menggunakan alat-alat yang ada di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang berupa simulasi.
·        Mengetahui cara kerja setiap, detik, menit, jam, dan waktu di stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).Dan lain sebagainya.

C. Manfaat Kunjungan Observasi BMKG
·         Mendapatkan ilmu kebumian dan antariksa.
·         Mengetahui peralatan yang digunakan di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
·         Dapat melihat langsung cara menggunakan beberapa alat yang ada di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
·         Mengetahui sistematika penyebaran informasi gempa atau yang berkaitan dengan cuaca dan iklim.
D.      Peserta dan Waktu Kunjungan Lapangan
            Adapun mahasiswa berkunjung ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Terpadu kelas IPS C dan ICP Fakultas Tarbiyah. Observasi ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 02 Desember 2012, tempat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jl. Raya Bendungan Lahor, No.40 Karangkates, Sumberpucung, Malang (65165).














Bab II
Pembahasan
A. Hasil Observasi BMKG Karangkates Malang
            Seluruh mahasiswa Pendidikan IPS Terpadu telah diberikan materi untuk pemahaman dan pengertian serta melihat lansung alat-alat deteksi serta penggunaannya sebagai berikut ini:
A.    Alat-alat penggambil data diBMKG.
            Cuaca merupakan suatu kondisi udara di suatu tempat pada saat yang relatif singkat yang meliputi kondisi suhu, kelembaban, serta tekanan udara sebagai komponen utamanya. Pencarian metode untuk memprediksi cuaca adalah kegiatan yang akhir-akhir ini  banyak dilakukan oleh peneliti terhadap atmosfer /cuaca. Hal ini dikarenakan banyaknya tuntutan dari berbagai pihak yang membutuhkan informasi kondisi atmosfer yang lebih cepat, lengkap, dan akurat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai perusahaan negara yang bertugas sebagai pengamat cuaca mampu memprediksikan cuaca melalui metode konvensional baik itu metoda statistik maupun dinamik yang mencakup radius 5 – 10 km di daratan, dan sekitar ±50 km di lautan untuk 1 titik pengamatan di wilayah yang dapat diprediksikan. Selama ini, BMKG menggunakan metode matematis untuk peramalan.
            Permukaan bumi yang kita huni memiliki keadaan tempat yang berbeda. Ada tempat dataran rendah, dataran tinggi, tempat yang suhunya tinggi, curah hujan tinggi dan tempat yang dingin. Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi yang berbeda pula. Menentukan iklim suatu daerah diperlukan data yang telah terkumpul lama, hasil dari pengukuran alat ukur khusus yang disebut instrumentasi klimatologi, perlunya ada instrumens klimatologi karena hal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui iklim pada suatu daerah hingga kita bisa mengetahui kapan hujan, waktu tanam yang tepat dan lain sebagainya.
            Instrumentasi tak jauh beda bahkan kadang sama dengan instrumentasi meteorologi.Alat-alat yang digunkan dalam BMG harus tahan setiap waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim diperlukan waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun.
            Alat dipasang di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu tertentu agar tak salah ukur misalnya dipikirkan tentang halangan berupa bangunan-bangunan dekat alat ataupun pepohonan. Alat-alat pengukur memerlukan penetapan waktu tertentu mengikuti prosedur tertentu yang sama di semua tempat. Maksudnya agar data dapat dibandingkan sehingga perbedaan data bukanlah akibat kesalahan prosedur tapi betul-betul karena iklimnya berbeda. Jadi perlu keseragaman dalam: peralatan, pemasangan alat, waktu pengamatan dan pengumpulan data. Dalam Stasiun klimatologi Alat-alat yang umum digunakan di data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam). Unsur-unsur iklim yang diukur adalah radiasi surya, suhu udara dan suhu tanah, kelembapan udara, curah hujan, evaporasi dan angin.adapun alat-alat deteksi sebagai berikut:
a)      Campbell Stokes
            Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan lama penyinaran matahari. Berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari . Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis tengah/diameter 10 – 15 cm, berfungsi sebagai lensa cembung (konvex) yang dapat mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api (fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya penyinaran matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akan terlihat bagian yang terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan lamanya penyinaran matahari. Pada kertas pias terdapat skala jam, sehingga dapat dijumlahkan berapa lamanya matahari bersinar terang / cerah. Pias akan mulai terbakar bila sinar matahari > 0.3 cal/cm2 atau 209,34 WM2. Pias Campbell Stokes ada 3 macam, yaitu :
*      Pias lengkung panjang dipasang antara tanggal 11 Oktober – 28/ 29 Pebruari.
*      Pias lengkung pendek dipasang antara tanggal 11 April – 31 Agustus.
*      Pias lurus dipasang antar tanggal 1 Maret – 10 April dan 1 September – 10 Oktober.
Waktu pengamatan : pias dipasang jam 06.00 diangkat jam 18.00 WIB.
b)     Termometer
            Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai thermometer manual, karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama. Namun ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan tambahan pewarna merah.
            Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca. Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap d idalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer medis.
c)      Psychrometer Standard
            Psikrometer Standar adalah alat pengukur kelembapan udara terdiri dari dua termometer bola basah dan bola kering. Psychrometer standard ini ditempatkan didalam sangkar meteorologi dengan ketinggian berbeda seperti yang tersebut diatas, yaitu terdiri dari : Thermometer Bola Basah dan Bola Kering. Themometer bola basah dan bola kering ini berfungsi untuk menentukan kelembaban udara, suhu udara, dan titik embun embun. Alat ini terdiri dari 2 buah thermometer air raksa yang dipasang berdampingan secara vertikal.
            Bola dari salah satu thermometer dibungkus dengan kain kasa/ muslin yang tergantung pada bejana kecil berisi air murni, sehingga bola thermometer selalu basah dan disebut sebagai bola basah, sedangkan yang lain tidak dibungkus disebut sebagai bola kering. Suhu udara dapat dibaca pada thermometer bola kering, penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan suhu bola basah lebih rendah dari pada suhu bola kering. Dari hasil pembacaan bola basah dan bola kering akan dapat diketahui kelembaban udara dan titik embun. Waktu pengamatan : dilakukan sesuai dengan pengamatan AgM 1-a dan AgM 1-b.

d)     Anemometer
            Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort).Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin adalah 0o – 360o dan arah mata angin. Anemometer harus ditempatkandi daerah terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin.
            Didalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup. Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka
e)      AWS (Automatic Weather Stations)
            Merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. Fungsi alat
AWS ini untuk mengukur dan mencatat unsur cuaca secara otomatis. AWS ini dilengkapi dengan alat sensor , unsur- unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat Lodger, kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer program AWS.
            Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS diarsipkan kemudian dikirim ke BMG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat unsur - unsur cuaca, yaitu Suhu udara, Suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20 cm, Kelembaban udara, Titik embun, Tekanan udara, Arah dan kecepatan angin, Curah hujan, dan Radiasi matahari. Waktu pengamatan : dilakukan selama 24 jam.
f)       Panci penguapan
            Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Dalam panci penguapan terdapat beberapa alat yang sangat menentukan dalam mengatahui besar penguapan, alat-alat yang dimaksud yaitu Hook Gauge Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan. Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang dibagi menjadi 50 bagian.
            Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat permukaan air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan pada panci sehingga penyetelan ujung jarum dapat lebih mudah dilakukan. Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum Thermometer air merupakan jenis thermometer biasa yang dipasang tegak dengan menggunakan klem. Letak bola thermometer di bawah permukaan air. Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan pembacaan. Floating maximum dan minimum thermometer digunakan untuk mencatat suhu maximum dan minimumair yang terjadi dalam 24 jam.
g)      Sangkar meteorologi
            Sangkar meteorologi ini berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar tehindar dari sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat dari kayu jati yang dicat warna putih, bentuknya segi 4, dengan setiap dinding diberi jalusi berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu, semua itu maksudnya agar didalam sangkar ada sirkulasi udara.Ada empat jenis sangkar yang sama, diantaranya tiga sangkar dengan ketinggian 120 cm, dan satu sangkar dengan tinggi 20 cm dari permukaan tanah, yaitu :
*      Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdiri dari alat (Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
*      Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah berumput , didalamnya terdiri dari alat ( Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
*      Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdapat alat Kessner Evaporimeter, dan Piche Evaporimeter) .
*      Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 20 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdiri dari alat (Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).

h)     Penangkar Hujan Otomatis
            Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200 cm2. Pada alat ini terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya. Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan terkumpul dalam tabung.
            Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan dengan tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan pelampung, maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak keatas. Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder jam, jika gerakan pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras habis sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol, jika hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya. Waktu pengamatan : pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian pias dilakukan pada jam 07.00 WIB.
i)        Cup Counter Anemometer.
            Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu. Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok yang akan berputar bila tertiup angin , pada bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangkok tersebut, dan alat ini dipasang diatas tiang pipa besi setinggi ( ½ m, 2 m, 10 m) dari permukaan tanah.
    
Untuk mengetahui kecepatan rata-rata angin pada periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan. Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 07.00, 14.00, 18.00 WIB).
B. Sistem informasi / bentuk informasi yang diinformasikan dari ala-alat        SIG
     Ini merupakan gambar fenemena alam dari alat pendekteksi BMKG yang disalurkan kekomputer. Informasi dini terhadap bencana didapatkan dengan dua macam cara, yakni sebagai berikut:
a. Konvensional
            Secara konvensional, pengenalan bencana dilakukan dengan pengenalan terhadap gejala-gejala alam yang muncul sebelum terjadinya bencana, yang disesuaikan dengan karakteristik bencananya.
b. Modern
            Secara modern, pengenalan bencana dilakukan dengan pemantauan aktivitas di atmosfer secara periodik dengan satelit maupun peralatan berteknologi tinggi. Pengenalan gejala bencana merupakan hal yang penting dalam Early Warning System. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebagian besar Sistem Peringatan Dini Bencana Alam sulit untuk diaplikasikan. Biaya instansi perangkat keras, perangkat lunak, jaringan telekomunikasi dan operasionalnya memerlukan pendanaan yang sangat mahal. Dalam kondisi seperti ini, maka kesiapsiagaan dan mengenali gejala alam akan munculnya bencana merupakan jawaban yang paling memungkinkan.
            Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harus diberdayakan dan merespons sistem tersebut agar pengurangan jumlah korban bencana alam dapat dihindari. Oleh karena itu, perlu peningkatan pemahaman kesadaran masyarakat dan aparat terhadap kondisi daerahnya yang rawan, serta terhadap gejala-gejala awal terjadinya bencana, tindakan darurat dan mitigasinya. Adapun gejala yang biasanya nampak sebelum terjadinya bencana adalah sebagai berikut:
a. Gejala Letusan Gunung api
*      Hewan-hewan yang berada di dalam hutan keluar dari hutan menuju wilayah yang lebih rendah.
*      Ular, tikus dan kecoa keluar sangat banyak dari dalam got.
*      suhu udara terasa sangat panas di malam hari dan meningkat drastis dibanding hari-hari biasa.
b. Gejala Gempa Bumi (Tektonik)
*      Awan yang berbentuk seperti angin tornado atau pohon/batang berdiri.
*      Lampu neon menyala redup/remang-remang walaupun tidak ada arusnya.
*      Hasil cetakan faximile berantakan(tidak jelas dan tidak terbaca).
*      Siaran televisi terganggu.
*      Hewan-hewan berperilaku aneh/gelisah, menghilang, dan berlarian.
c. Gejala Tanah Longsor
*      Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari berturut-turut >300 mm).
*      Tanah yang bergerak (creep).
*      Larian material kering yang tidak kompak dari lapukan batuan Pohon-pohon, tiang, tanaman miring atau berpindah tempat.
d. Gejala Tsunami
*      Hewan-hewan laut keluar dari persembunyiannya kepermukaan.
*      Terdapat gempa dengan kekuatan besar.
*      Air laut tiba-tiba surut hingga beberapa ratus meter, sehingga banyak ikan terdampar di pantai.
*      Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi ke arah daratan.
*      Udara berbau asin (air garam).
*      Angin berhembus tiba-tiba dan terasa dingin menyengat.
*      Suara dentuman seperti meriam di dasar laut atau mendengar suara drum band yang sangat banyak dengan irama cepat.
e.  Gejala Badai
*      Awan hitam di tepi khatulistiwa.
*      Angin kencang
*      Udara dingin
*      Gelombang laut meninggi
*      Hujan dengan intensitas yang tinggi (luar biasa deras).
f. Gejala Kekeringan
*      Bulan kering berkepanjangan
*      Temperatur udara tinggi dan kering
*      Hewan-hewan tanah muncul kepermukaan tanah
*      Daun tanaman keras meranggas
*      Bunyi “garangpong” (Jawa) tanpa henti
g. Gejala Banjir
*      Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari berturut-turut >300 mm).
*      Naiknya permukaan air sungai.
*      Daerah hulu dengan hutan yang rusak (gundul).
*      air sungai berwarna keruh dan penuh lumpur.
*      Aliran sedimen dasar sungai bergerak sangat cepat ke arah hilir.
*      Awan hitam di arah hulu sungai.
*      Suara riuh-rendah bagaikan dentuman dari arah hulu sungai.
*      Hewan (orang utan) menunjukkan tingkah laku yang sangat gelisah dan berteriak-teriak.
            Dengan mempertimbangkan penyebab utama ditetapkannya sistem peringatan dini, serta tujuan dan targetnya, maka disarankan agar sistem peringatan dini ini dilakukan dengan sistem pemberdayaan masyarakat, dengan melibatkan aparat pemerintah dan akademisi sebagai fasilitator dan motivator. Sistem ini harus dapat meningkatkan knowledge, attitude dan practice dari tiap komponen yang ada dalam sistem tersebut. Syarat utama agar peringatan dini ini dapat berhasil efektif, diperlukan komitmen pribadi dan aksi nyata dari tiap individu/institusi dan komunikasi yang baik antar individu yang terlibat.
C. Sistem Penyebaran Info Gempa Bumi Dan peringatan Tsunami BMKG pada publik

D. Tugas Dan Fungsi BMKG
        Tugas Pokok : Melaksanakan pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran data, pengolahan dan analisa di wilayahnya, serta pelayanan jasa geofisika
     Fungsi :
Ø  Menyelenggarakan pengamatan geofisika
Ø  Menyelenggarakan pengumpulan dan penyebaran data geofisika
Ø  Menyelenggarakan pengolahan dan analisa data geofisika
Ø  Menyelenggarakan pelayanan jasa geofisika

    Tujuan Jangka Panjang
Ø  Mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami
Ø  Meningkatkan pelayanan informasi gempabumi dan tsunami
Ø  Meningkatkan sistem diseminasi informasi gempabumi dan tsunami.
    Tujuan Jangka Pendek
Ø  Meningkatnya kemampuan Sistem Peringatan Dini Tsunami
Ø  Meningkatnya kinerja pelayanan informasi gempabumi dan tsunami
Ø Meningkatnya kemampuan sistem diseminasi informasi gempabumi dan tsunami

E. Bentuk peringatan dini terhadap gempa atau bencana alam lain     yang dilakukan BMKG pada publik.

     Sistem peringatan dini untuk tsunami biasanya disingkat TWS alias Tsunami Warning System. Sesuai dengan namanya, TWS dibangun untuk mendeteksi gejala-gejala alam yang berpotensi untuk mendatangkan bencana tsunami sekaligus mencari lokasi pusat gempa yang menyebabkan tsunami tersebut. Laporan yang diberikan oleh TWS ini bisa digunakan untuk memprediksi besar kerusakan yang akan ditimbulkan dan daerah-daerah yang akan terkena dampak tsunami. Sistem ini terbagi menjadi dua komponen penting, yaitu jaringan sensor-sensor pendeteksi tsunami dan infrastruktur komunikasi yang berguna untuk menyampaikan peringatan dini. Peringatan dini tsunami menghendaki kewaspadaan dan evakuasi sebelum tsunami datang. Laju informasi peringatan dini sangatlah penting mengingat selang waktu antara gempa bumi sampai tsunami mencapai daratan cukup singkat.

     Proses pendeteksian dan prakiraan bencana tsunami hanyalah setengah dari proses TWS secara keseluruhan. Hal lain yang tidak kalah penting dalam TWS adalah penyampaian peringatan kepada penduduk yang daerahnya terancam tsunami. Hal ini dapat dilakukan melalui beragam jalur telekomunikasi (seperti e-mail, fax, radio, telex, TV, dan lain sebagainya). Dengan demikian pesan darurat dapat diterima oleh masyarakat, pemerintah, serta badan-badan penanggulangan bencana.
G. Cara menemukan pusat-pusat gempa yang tergambar dalam peta,    yang digunakan sebagai info BMKG pada publik.
            Cara-cara menemukan titik  gempa yang tergambar dalam peta ataupun dengan secara alami yaitu, Karena adanya Pergerakan LEMPENG TEKTONIK yang merupakan  Lapisan paling atas bumi yaitu lapisan litosfer yang bergerak karena adanya ARUS KONVEKSI. Arus konveksi adalah siklus putaran yg diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan di dalam bumi Pergerakan lempeng tektonik mengakibatkan adanya akumulasi energi pada batuan. Pelepasan energinya itu yg memicu terjadinya GEMPABUMI.

GAMBAR LEMPENG TEKTONIK DUNIA
Gempabumi terjadi di Daerah pertemuan dua lempeng atau sering kita sebut sebagai plate margin atau batas lempeng. Parameter gempa bumi antara lain:
Ø  Waktu Terjadi gempabumi ( OT )  jam menit detik
Ø  Pusat gempabumi dipermu-kaan ( Epicenter ), Lintang – Bujur
Ø  Kedalaman Gempabumi / Fokus ( H ), Km
Ø  Kekuatan Gempabumi ( M ) Dinyatakan dalam skala Richter








GAMBAR PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK
Kerugian atau kerusakan setelah terjadinya gempa bumi
            Kerusakan Bangunan gedung, saluran pipa air, listrik, harta benda, dan korban manusia. Apabila gempabumi menyebabkan gelombang pasang, maka kapal, bangunan di pinggir pantai dapat terbawa air.







Bab III
Kesimpulan
Di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kita dapat mengunjungi beberapa tempat, yaitu :
o   Stasiun Geofisika kota malang, merupakan tempat di BMKG yang mengelola data geofisika terutama mengenai gempa bumi dan tsunami.
o   Stasiun Meteorologi dikota malang, merupakan tempat melakukan penelitian yang berkaitan denga cuaca.
o   Simulator Gempa Bumi, merupakan alat simulasi yang mampu menirukan gempa bumi di suatu daerah dengan bantuan software yang di ubah menjadi voltase.
o   Ruang Operasional Geofisika, merupakan ruangan dimana data-data geofisika diperoleh, diolah dan di informasikan.
o   Laboratorium Kualitas Udara, merupakan laboratorium penelitian kualitas udara di suatu daerah.
o   Ruang operesional Meteorologi di setiap tempat, terdapat berbagai alat-alat pengukuran yang mendukung kinerja BMKG
o   Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi
o   Alat-alat yang digunakan dalam BMKG antara lain AWS (Automatic Weather Stations) Campbell Stokes, panci pengapaun, Anemometer, thermometer, HV/Acid Rain Sampler dan penangkar hujan.
o   Alat-alat yang umum digunakan di stasiun klimatologi data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam).
o   Alat-alat yang ada di BMKG mempunyai peran dan fungsi masing-masing, yang bisa memprediksi cuaca, iklim, suhu, kelembaban, terjadinya hujan dan bencana.
Penutup