Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang telah
mengutus Rasulullah SAW sebagai seorang pendidik yang telah mengajarkan banyak ilmu pengetahuan kepada kita, sehingga kita
bisa terlepas dari zaman yang penuh dengan gelap gulita dan kebodohan. oleh
karena itu, shalawat serta salam selalu kami sampaikan kepada beliau, keluarga,
sahabat dan segenap umat beliau.
Dalam penulisan makalah observasi Sistem
Informasi Geografis ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung
sumber data SIG yang dikeluarkan oleh BMKG, mengetahui alat-alat yang ada di
BMKG, untuk mengetahui jenis-jenis penggunaan data BMKG dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, apabila masih terdapat banyak kekurangan, kami mohon agar para
pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan saran yang bisa mengarahkan kepada
kami kepada suatu perbaikan dan penyempurnaan dalam proses pembuatan suatu
laporan observasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Badan Meteorologi
klimatologi dan geofisika (BMKG) stasiun geofisika karang kates malang.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Malang, 12 Desember 2012
Penulis
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangannya zaman terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), manusia semakin di tuntut untuk mengetahui
hal-hal yang lebih kompleks. Dalam hal
ini, manusia juga di tuntut untuk berkembang dan mampu melihat hal-hal yang
menjadi fenomena penting dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain adalah
mengetahui tentang ilmu bumi dan antariksa mengenai meteorologi, klimatologi
dan geofisika yang merupakan ilmu yang
sangat penting untuk dipelajari. Namun, banyak masyarakat Indonesia yang kurang
menyadari betapa pentingnya mempelajari ilmu meteorologi, klimatologi dan
geofisika, padahal tanpa mereka sadari ilmu tersebut sangat memberikan banyak
manfaat yang lebih bagi kehidupan manusia sehari-hari. Dari semua ilmu tersebut
kita semua mampu untuk mengetahui dan mendeteksi gejala-gejala alam yang
terjadi di sekitar kita.
Dari uraian di atas, kita sebagai mahasiswa diharapkan
mampu mengetahui, memahami, mempelajari dan memanfaatkan ilmu bumi dan
antariksa untuk mengetahui hal-hal fenomena alam penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dan salah satu tempat dimana kita bisa mempelajari serta melihat
secara langsung adalah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jl.
Raya Bendungan,No.40 Karangkates, Sumberpucung, Malang (65165). Kunjungan ke
BMKG merupakan salah satu program observasi untuk mengetahui secara langsung
data SIG yang dikeluarkan oleh BMKG, mengetahui alat-alat yang ada diBMKG,dan
lain sebagainya.
Kunjungan tersebut
dilakukan di BMKG karena adanya kesinambungan dengan mata kuliah Sistem
Informasi Geografi (SIG) fakultas tarbiyah semester V. Selain itu, kunjungan ke
BMKG juga dilatarbelakangi oleh adanya keingintahuan mahasiswa pendidikan IPS
Terpadu sebagai wujud pencarian adanya relevansi yang ada di BMKG dengan mata
kuliah tersebut.
B. Tujuan dan Fungsi Kunjungan
Lapangan
Kunjungan ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) yang dilangsungkan pada hari Minggu,02 Desember 2012 memiliki fungsi dan
tujuan sebagai berikut:
·
Menambah khazanah keilmuan, terutama
Ilmu Bumi dan Antariksa.
·
Mengetahui alat-alat yang di gunakan
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam melakukan berbagai
penelitian .
·
Mengetahui dan mempraktikkan teknik cara
menggunakan alat-alat yang ada di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) yang berupa simulasi.
·
Mengetahui cara kerja setiap, detik,
menit, jam, dan waktu di stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG).Dan lain sebagainya.
C. Manfaat Kunjungan Observasi BMKG
·
Mendapatkan ilmu kebumian dan antariksa.
·
Mengetahui peralatan yang digunakan di
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
·
Dapat melihat langsung cara menggunakan
beberapa alat yang ada di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
·
Mengetahui sistematika penyebaran
informasi gempa atau yang berkaitan dengan cuaca dan iklim.
D. Peserta dan Waktu Kunjungan Lapangan
Adapun mahasiswa berkunjung ke Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) dengan seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Terpadu kelas
IPS C dan ICP Fakultas Tarbiyah. Observasi ini dilaksanakan pada hari Minggu,
tanggal 02 Desember 2012, tempat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) di Jl. Raya Bendungan Lahor, No.40 Karangkates, Sumberpucung, Malang
(65165).
Bab II
Pembahasan
A.
Hasil Observasi BMKG Karangkates Malang
Seluruh mahasiswa Pendidikan IPS Terpadu telah diberikan
materi untuk pemahaman dan pengertian serta melihat lansung alat-alat deteksi
serta penggunaannya sebagai berikut ini:
A. Alat-alat penggambil data diBMKG.
Cuaca merupakan suatu kondisi udara di suatu tempat pada
saat yang relatif singkat yang meliputi kondisi suhu, kelembaban, serta tekanan
udara sebagai komponen utamanya. Pencarian metode untuk memprediksi cuaca
adalah kegiatan yang akhir-akhir ini
banyak dilakukan oleh peneliti terhadap atmosfer /cuaca. Hal ini
dikarenakan banyaknya tuntutan dari berbagai pihak yang membutuhkan informasi
kondisi atmosfer yang lebih cepat, lengkap, dan akurat. Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai perusahaan negara yang bertugas
sebagai pengamat cuaca mampu memprediksikan cuaca melalui metode konvensional
baik itu metoda statistik maupun dinamik yang mencakup radius 5 – 10 km di
daratan, dan sekitar ±50 km di lautan untuk 1 titik pengamatan di wilayah yang
dapat diprediksikan. Selama ini, BMKG menggunakan metode matematis untuk
peramalan.
Permukaan bumi yang kita huni memiliki keadaan tempat
yang berbeda. Ada tempat dataran rendah, dataran tinggi, tempat yang suhunya
tinggi, curah hujan tinggi dan tempat yang dingin. Perbedaan tempat tersebut
mengakibatkan kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta
intensitas radiasi yang berbeda pula. Menentukan iklim suatu daerah diperlukan
data yang telah terkumpul lama, hasil dari pengukuran alat ukur khusus yang
disebut instrumentasi klimatologi, perlunya ada instrumens klimatologi karena
hal ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui iklim pada suatu daerah hingga kita
bisa mengetahui kapan hujan, waktu tanam yang tepat dan lain sebagainya.
Instrumentasi tak jauh beda bahkan kadang sama dengan
instrumentasi meteorologi.Alat-alat yang digunkan dalam BMG harus tahan setiap
waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya tidak
berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula sehingga
pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim diperlukan waktu
yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun.
Alat dipasang di tempat terbuka memerlukan persyaratan
tertentu tertentu agar tak salah ukur misalnya dipikirkan tentang halangan
berupa bangunan-bangunan dekat alat ataupun pepohonan. Alat-alat pengukur
memerlukan penetapan waktu tertentu mengikuti prosedur tertentu yang sama di
semua tempat. Maksudnya agar data dapat dibandingkan sehingga perbedaan data
bukanlah akibat kesalahan prosedur tapi betul-betul karena iklimnya berbeda.
Jadi perlu keseragaman dalam: peralatan, pemasangan alat, waktu pengamatan dan
pengumpulan data. Dalam Stasiun klimatologi Alat-alat yang umum digunakan di
data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual
dan otomatis (mempunyai perekam). Unsur-unsur iklim yang diukur adalah radiasi
surya, suhu udara dan suhu tanah, kelembapan udara, curah hujan, evaporasi dan
angin.adapun alat-alat deteksi sebagai berikut:
a) Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas dan lama penyinaran matahari. Berfungsi untuk mengukur lamanya
penyinaran matahari . Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis
tengah/diameter 10 – 15 cm, berfungsi sebagai lensa cembung (konvex) yang dapat
mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api (fokus), dan alat ini dipasang
di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
tanah. Lamanya penyinaran matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari
tepat mengenai kertas pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada
pias akan terlihat bagian yang terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan
lamanya penyinaran matahari. Pada kertas pias terdapat skala jam, sehingga
dapat dijumlahkan berapa lamanya matahari bersinar terang / cerah. Pias akan
mulai terbakar bila sinar matahari > 0.3 cal/cm2 atau 209,34 WM2. Pias Campbell
Stokes ada 3 macam, yaitu :
Pias lengkung panjang dipasang antara
tanggal 11 Oktober – 28/ 29 Pebruari.
Pias lengkung pendek dipasang antara
tanggal 11 April – 31 Agustus.
Pias lurus dipasang antar tanggal 1
Maret – 10 April dan 1 September – 10 Oktober.
Waktu pengamatan : pias
dipasang jam 06.00 diangkat jam 18.00 WIB.
b) Termometer
Termometer adalah alat untuk
mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai thermometer manual,
karena cara pembacaannya masih manual. Penggunaan air raksa sebagai bahan utama
thermometer karena koefisien muai air raksa terbilang konstan sehingga
perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir selalu sama. Namun
ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan tambahan
pewarna merah.
Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca. Jenis
khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya
katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke
atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada
katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap d idalam
tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimun selama waktu yang
telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan
dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer medis.
c) Psychrometer Standard
Psikrometer Standar adalah alat pengukur kelembapan udara
terdiri dari dua termometer bola basah dan bola kering. Psychrometer standard
ini ditempatkan didalam sangkar meteorologi dengan ketinggian berbeda seperti
yang tersebut diatas, yaitu terdiri dari : Thermometer Bola Basah dan Bola
Kering. Themometer bola basah dan bola kering ini berfungsi untuk menentukan
kelembaban udara, suhu udara, dan titik embun embun. Alat ini terdiri dari 2
buah thermometer air raksa yang dipasang berdampingan secara vertikal.
Bola dari salah satu thermometer dibungkus dengan kain
kasa/ muslin yang tergantung pada bejana kecil berisi air murni, sehingga bola
thermometer selalu basah dan disebut sebagai bola basah, sedangkan yang lain
tidak dibungkus disebut sebagai bola kering. Suhu udara dapat dibaca pada
thermometer bola kering, penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan suhu
bola basah lebih rendah dari pada suhu bola kering. Dari hasil pembacaan bola
basah dan bola kering akan dapat diketahui kelembaban udara dan titik embun.
Waktu pengamatan : dilakukan sesuai dengan pengamatan AgM 1-a dan AgM 1-b.
d) Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah
dan kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin
adalah Knots (Skala Beaufort).Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin
adalah 0o – 360o dan arah mata angin. Anemometer harus ditempatkandi daerah
terbuka. Pada saat tertiup angin, baling-baling yang terdapat pada anemometer
akan bergerak sesuai arah angin.
Didalam anemometer terdapat alat pencacah yang akan
menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat,
kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort. Selain menggunakan anemometer, untuk
mengetahui arah mata angin, kita dapat menggunakan bendera angin. Anak panah
pada baling-baling bendera angin akan menunjukkan ke arahmana angin bertiup.
Cara lainnya dengan membuat kantong angin dan diletakkan di tempat terbuka
e) AWS (Automatic Weather Stations)
Merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di
disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar
pengamatan menjadi lebih mudah. Fungsi alat
AWS ini untuk mengukur
dan mencatat unsur cuaca secara otomatis. AWS ini dilengkapi dengan alat sensor
, unsur- unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan
unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat Lodger,
kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer
program AWS.
Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS
diarsipkan kemudian dikirim ke BMG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat
unsur - unsur cuaca, yaitu Suhu udara, Suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20
cm, Kelembaban udara, Titik embun, Tekanan udara, Arah dan kecepatan angin,
Curah hujan, dan Radiasi matahari. Waktu pengamatan : dilakukan selama 24 jam.
f) Panci penguapan
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur
evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati
penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan
lain-lainnya. Dalam panci penguapan terdapat beberapa alat yang sangat
menentukan dalam mengatahui besar penguapan, alat-alat yang dimaksud yaitu Hook
Gauge Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci Hook
Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan.
Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang berskala, dan sebuah
sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk mengatur letak ujung
jarum pada permukaan air dalam panci Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer
yang dibagi menjadi 50 bagian.
Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga
permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam panci Bejana
digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat permukaan air
dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan pada panci sehingga penyetelan
ujung jarum dapat lebih mudah dilakukan. Thermometer air dan thermometer maximum/
minimum Thermometer air merupakan jenis thermometer biasa yang dipasang tegak
dengan menggunakan klem. Letak bola thermometer di bawah permukaan air. Dengan
demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan pembacaan.
Floating maximum dan minimum thermometer digunakan untuk mencatat suhu maximum
dan minimumair yang terjadi dalam 24 jam.
g) Sangkar meteorologi
Sangkar
meteorologi ini berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar
tehindar dari sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat
dari kayu jati yang dicat warna putih, bentuknya segi 4, dengan setiap dinding diberi
jalusi berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu, semua itu maksudnya
agar didalam sangkar ada sirkulasi udara.Ada empat jenis sangkar yang sama,
diantaranya tiga sangkar dengan ketinggian 120 cm, dan satu sangkar dengan
tinggi 20 cm dari permukaan tanah, yaitu :
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian
120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdiri dari
alat (Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian
120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah berumput , didalamnya terdiri dari
alat ( Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian
120 cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdapat alat
Kessner Evaporimeter, dan Piche Evaporimeter) .
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 20
cm yang ditempatkan pada permukaan tanah gundul, didalamnya terdiri dari alat
(Thermometer bola basah, bola kering, maksimum, dan minimum).
h) Penangkar Hujan Otomatis
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan
waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah
sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200 cm2. Pada alat ini
terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan
dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya. Prinsip
kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan terkumpul
dalam tabung.
Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan dengan
tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan pelampung,
maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak keatas. Gerakan pena
tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder jam, jika gerakan
pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun melalui
pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras habis
sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol, jika
hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya. Waktu pengamatan :
pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian pias dilakukan pada jam
07.00 WIB.
i)
Cup
Counter Anemometer.
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata-rata selama
periode tertentu. Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok yang akan berputar bila
tertiup angin , pada bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang mencatat
perputaran mangkok tersebut, dan alat ini dipasang diatas tiang pipa besi
setinggi ( ½ m, 2 m, 10 m) dari permukaan tanah.
Untuk mengetahui
kecepatan rata-rata angin pada periode waktu tertentu dilakukan dengan
mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan dengan hasil
pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan. Waktu
pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 07.00, 14.00, 18.00 WIB).
B.
Sistem informasi /
bentuk informasi yang diinformasikan dari ala-alat SIG
Ini merupakan gambar fenemena alam dari
alat pendekteksi BMKG yang disalurkan kekomputer. Informasi dini terhadap
bencana didapatkan dengan dua macam cara, yakni sebagai berikut:
a. Konvensional
Secara konvensional, pengenalan bencana dilakukan dengan
pengenalan terhadap gejala-gejala alam yang muncul sebelum terjadinya bencana,
yang disesuaikan dengan karakteristik bencananya.
b.
Modern
Secara modern, pengenalan bencana dilakukan dengan
pemantauan aktivitas di atmosfer secara periodik dengan satelit maupun
peralatan berteknologi tinggi. Pengenalan gejala bencana merupakan hal yang
penting dalam Early Warning System. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebagian
besar Sistem Peringatan Dini Bencana Alam sulit untuk diaplikasikan. Biaya
instansi perangkat keras, perangkat lunak, jaringan telekomunikasi dan
operasionalnya memerlukan pendanaan yang sangat mahal. Dalam kondisi seperti
ini, maka kesiapsiagaan dan mengenali gejala alam akan munculnya bencana
merupakan jawaban yang paling memungkinkan.
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana harus
diberdayakan dan merespons sistem tersebut agar pengurangan jumlah korban
bencana alam dapat dihindari. Oleh karena itu, perlu peningkatan pemahaman
kesadaran masyarakat dan aparat terhadap kondisi daerahnya yang rawan, serta
terhadap gejala-gejala awal terjadinya bencana, tindakan darurat dan
mitigasinya. Adapun gejala yang biasanya nampak sebelum terjadinya bencana
adalah sebagai berikut:
a.
Gejala Letusan Gunung api
Hewan-hewan yang berada di dalam hutan keluar
dari hutan menuju wilayah yang lebih rendah.
Ular, tikus dan kecoa keluar sangat
banyak dari dalam got.
suhu udara terasa sangat panas di malam
hari dan meningkat drastis dibanding hari-hari biasa.
b.
Gejala Gempa Bumi (Tektonik)
Awan yang berbentuk seperti angin
tornado atau pohon/batang berdiri.
Lampu neon menyala redup/remang-remang
walaupun tidak ada arusnya.
Hasil cetakan faximile berantakan(tidak
jelas dan tidak terbaca).
Siaran televisi terganggu.
Hewan-hewan berperilaku aneh/gelisah,
menghilang, dan berlarian.
c.
Gejala Tanah Longsor
Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari
berturut-turut >300 mm).
Tanah yang bergerak (creep).
Larian material kering yang tidak kompak
dari lapukan batuan Pohon-pohon, tiang, tanaman miring atau berpindah tempat.
d.
Gejala Tsunami
Hewan-hewan laut keluar dari
persembunyiannya kepermukaan.
Terdapat gempa dengan kekuatan besar.
Air laut tiba-tiba surut hingga beberapa
ratus meter, sehingga banyak ikan terdampar di pantai.
Burung-burung laut terbang dengan
kecepatan tinggi ke arah daratan.
Udara berbau asin (air garam).
Angin berhembus tiba-tiba dan terasa
dingin menyengat.
Suara dentuman seperti meriam di dasar
laut atau mendengar suara drum band yang sangat banyak dengan irama cepat.
e.
Gejala Badai
Awan hitam di tepi khatulistiwa.
Angin kencang
Udara dingin
Gelombang laut meninggi
Hujan dengan intensitas yang tinggi
(luar biasa deras).
f. Gejala Kekeringan
Bulan kering berkepanjangan
Temperatur udara tinggi dan kering
Hewan-hewan tanah muncul kepermukaan
tanah
Daun tanaman keras meranggas
Bunyi “garangpong” (Jawa) tanpa henti
g. Gejala Banjir
Hujan yang intensitasnya tinggi (3 hari
berturut-turut >300 mm).
Naiknya permukaan air sungai.
Daerah hulu dengan hutan yang rusak
(gundul).
air sungai berwarna keruh dan penuh lumpur.
Aliran sedimen dasar sungai bergerak
sangat cepat ke arah hilir.
Awan hitam di arah hulu sungai.
Suara riuh-rendah bagaikan dentuman dari
arah hulu sungai.
Hewan (orang utan) menunjukkan tingkah
laku yang sangat gelisah dan berteriak-teriak.
Dengan mempertimbangkan penyebab utama ditetapkannya
sistem peringatan dini, serta tujuan dan targetnya, maka disarankan agar sistem
peringatan dini ini dilakukan dengan sistem pemberdayaan masyarakat, dengan
melibatkan aparat pemerintah dan akademisi sebagai fasilitator dan motivator.
Sistem ini harus dapat meningkatkan knowledge, attitude dan practice dari tiap
komponen yang ada dalam sistem tersebut. Syarat utama agar peringatan dini ini
dapat berhasil efektif, diperlukan komitmen pribadi dan aksi nyata dari tiap
individu/institusi dan komunikasi yang baik antar individu yang terlibat.
C. Sistem Penyebaran
Info Gempa Bumi Dan peringatan Tsunami BMKG pada publik
D.
Tugas Dan Fungsi BMKG
Tugas Pokok : Melaksanakan pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran data,
pengolahan dan analisa di wilayahnya, serta pelayanan jasa geofisika
Fungsi :
Ø Menyelenggarakan
pengamatan geofisika
Ø Menyelenggarakan
pengumpulan dan penyebaran data geofisika
Ø Menyelenggarakan
pengolahan dan analisa data geofisika
Ø Menyelenggarakan
pelayanan jasa geofisika
Tujuan Jangka Panjang
Ø Mengembangkan
Sistem Peringatan Dini Tsunami
Ø Meningkatkan
pelayanan informasi gempabumi dan tsunami
Ø Meningkatkan
sistem diseminasi informasi gempabumi dan tsunami.
Tujuan Jangka Pendek
Ø Meningkatnya
kemampuan Sistem Peringatan Dini Tsunami
Ø Meningkatnya
kinerja pelayanan informasi gempabumi dan tsunami
Ø Meningkatnya
kemampuan sistem diseminasi informasi gempabumi dan tsunami
E.
Bentuk peringatan dini terhadap gempa atau bencana alam lain yang dilakukan BMKG pada publik.
Sistem
peringatan dini untuk tsunami biasanya disingkat TWS alias Tsunami Warning System.
Sesuai dengan namanya, TWS dibangun untuk mendeteksi gejala-gejala alam yang
berpotensi untuk mendatangkan bencana tsunami sekaligus mencari lokasi pusat
gempa yang menyebabkan tsunami tersebut. Laporan yang diberikan oleh TWS ini
bisa digunakan untuk memprediksi besar kerusakan yang akan ditimbulkan dan
daerah-daerah yang akan terkena dampak tsunami. Sistem ini terbagi menjadi dua
komponen penting, yaitu jaringan sensor-sensor pendeteksi tsunami dan
infrastruktur komunikasi yang berguna untuk menyampaikan peringatan dini.
Peringatan dini tsunami menghendaki kewaspadaan dan evakuasi sebelum tsunami
datang. Laju informasi peringatan dini sangatlah penting mengingat selang waktu
antara gempa bumi sampai tsunami mencapai daratan cukup singkat.
Proses
pendeteksian dan prakiraan bencana tsunami hanyalah setengah dari proses TWS
secara keseluruhan. Hal lain yang tidak kalah penting dalam TWS adalah
penyampaian peringatan kepada penduduk yang daerahnya terancam tsunami. Hal ini
dapat dilakukan melalui beragam jalur telekomunikasi (seperti e-mail, fax,
radio, telex, TV, dan lain sebagainya). Dengan demikian pesan darurat dapat
diterima oleh masyarakat, pemerintah, serta badan-badan penanggulangan bencana.
G. Cara menemukan
pusat-pusat gempa yang tergambar dalam peta,
yang digunakan sebagai info BMKG
pada publik.
Cara-cara menemukan titik
gempa yang tergambar dalam peta ataupun dengan secara alami yaitu, Karena
adanya Pergerakan LEMPENG TEKTONIK yang merupakan Lapisan paling atas bumi yaitu lapisan
litosfer yang bergerak karena adanya ARUS KONVEKSI. Arus konveksi adalah siklus
putaran yg diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan di dalam bumi Pergerakan
lempeng tektonik mengakibatkan adanya akumulasi energi pada batuan. Pelepasan
energinya itu yg memicu terjadinya GEMPABUMI.
GAMBAR
LEMPENG TEKTONIK DUNIA
Gempabumi
terjadi di Daerah pertemuan dua lempeng atau sering kita sebut sebagai plate
margin atau batas lempeng. Parameter gempa bumi antara lain:
Ø Waktu
Terjadi gempabumi ( OT ) jam menit detik
Ø Pusat
gempabumi dipermu-kaan ( Epicenter ), Lintang – Bujur
Ø Kedalaman
Gempabumi / Fokus ( H ), Km
Ø Kekuatan
Gempabumi ( M ) Dinyatakan dalam skala Richter
GAMBAR PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK
Kerugian atau kerusakan setelah
terjadinya gempa bumi
Kerusakan Bangunan gedung, saluran
pipa air, listrik, harta benda, dan korban manusia. Apabila gempabumi
menyebabkan gelombang pasang, maka kapal, bangunan di pinggir pantai dapat
terbawa air.
Bab III
Kesimpulan
Di
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kita dapat mengunjungi
beberapa tempat, yaitu :
o
Stasiun Geofisika kota malang, merupakan
tempat di BMKG yang mengelola data geofisika terutama mengenai gempa bumi dan
tsunami.
o
Stasiun Meteorologi dikota malang,
merupakan tempat melakukan penelitian yang berkaitan denga cuaca.
o
Simulator Gempa Bumi, merupakan alat
simulasi yang mampu menirukan gempa bumi di suatu daerah dengan bantuan
software yang di ubah menjadi voltase.
o
Ruang Operasional Geofisika, merupakan
ruangan dimana data-data geofisika diperoleh, diolah dan di informasikan.
o
Laboratorium Kualitas Udara, merupakan
laboratorium penelitian kualitas udara di suatu daerah.
o
Ruang operesional Meteorologi di setiap
tempat, terdapat berbagai alat-alat pengukuran yang mendukung kinerja BMKG
o
Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan
kecepatan angin, suhu, kelembapan dan lama penyinaran serta intensitas radiasi
o
Alat-alat yang digunakan dalam BMKG
antara lain AWS (Automatic Weather Stations) Campbell Stokes, panci pengapaun,
Anemometer, thermometer, HV/Acid Rain Sampler dan penangkar hujan.
o
Alat-alat yang umum digunakan di stasiun
klimatologi data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi dua
golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam).
o
Alat-alat yang ada di BMKG mempunyai
peran dan fungsi masing-masing, yang bisa memprediksi cuaca, iklim, suhu,
kelembaban, terjadinya hujan dan bencana.
Penutup